Monday, March 10, 2014

IDENTIFIKASI HUBUNGAN ROMANSA

10 Hal yang Merusak Hubungan

Pernah merasa hubungan asmara Anda bermasalah? Anda tidak sendirian. Kenyataannya, setiap asmara perlu perjuangan. “Selamat bergabung,” kata pakar asmara Helen LaKelly Hunt kepada Yahoo! Shine.

LaKelly Hunt dan suaminya, Harville Hendrix, adalah pendiri Imago Relationship Therapy dan sudah berkecimpung di bidang konsultasi asmara selama 30 tahun.

Hendrix, pengarang buku “Getting the Love You Want”, menelaah alasan pasangan bertengkar sejak 1970-an. Setelah meneliti dan bertanya dengan ribuan pasangan, dia dan LaKelly Hunt menemukan 10 kebiasaan buruk yang dapat membuat asmara berantakan, bahkan perceraian.

1)    Kritis: Bahkan “kritik membangun” juga dapat membuat pasangan Anda defensif dan merasa tidak aman dalam hubungan. Bila Anda bersikap kasar dan menghakimi, hmm, jangan kaget bila dia pergi meninggalkan Anda.

2)    Segalanya harus sama: Hendrix dan LaKelly Hunt mengatakan “kecocokan mutlak” adalah jalur cepat bagi hubungan yang payah. Jika Anda ngotot pasangan Anda harus punya perasaan dan penilaian yang sama dengan Anda, itu bisa membuatnya menderita dan merana.

3)    Kehilangan keintiman: Jika Anda kerap “melarikan diri” dari pasangan dan malah memilih sering bekerja, menonton televisi, atau aktivitas lainnnya, Anda menciptakan jurang antara kalian — yang mungkin saja mustahil diseberangi.

4)    Suka menyalahkan: Bila Anda terlalu sering menudingnya, tentu saja dia akan defensif. Bila Anda ingin berkomunikasi dengan intim, gunakanlah pernyataan yang dimulai dengan “Aku merasa”, bukan “Kamu tuh”.

5)    Perhitungan: Hendrix dan LaKelly Hunt mengatakan, sifat memberi-sesuatu-dengan-syarat-tertentu serta menerima-sesuatu-dengan-curiga akan mengikis hubungan. Mereka mengingatkan bahayanya memberi sesuatu kepada pasangan dengan perhitungan.

6)    Santai saja: Tidak ada hubungan asmara yang bisa selamanya membahagiakan. Begitu tahap awal romansa sudah usai, banyak pasangan berpikir hubungan pun berakhir. Mereka pun tidak mencoba menghidupkan kembali api cinta.

7)    Fokus ke hal negatif: Jika Anda senantiasa memikirkan — dan membicarakan — keburukan pasangan, Anda akan makin merasa tidak puas. Hendrix mengatakan, alangkah anehnya ketika pasangan pergi ke konsultan untuk mengeluh satu sama lain. Ini, katanya, bisa amat berbahaya bagi hubungan.

8)    Enggan mendengarkan: Anda pikir Anda yang paling benar setiap saat? Hmm, ini cara bagus buat mengakhiri hubungan.

9)    Tidak terbuka: Jika Anda tidak terbuka mengungkapkan apa yang Anda butuhkan dan inginkan dari pasangan, Anda akan terus-menerus merasa frustrasi. Hendrix dan LaKelly Hunt bilang, adalah penting untuk “berbagi mengenai hal-hal yang menyentuh hati Anda.”

10)    Berharap kisah cinta seperti dongeng: Kisah cinta sempurna hanya ada di dongeng — sementara kita hidup di dunia nyata. Sadarilah itu dan terimalah pasangan apa adanya.

Tujuh Tanda Pernikahan Anda Akan Langgeng


Pesta pernikahan mewah, rumah besar di komplek elit, dan bulan madu keliling Eropa tak menjamin pernikahan Anda akan bahagia dan bertahan lama. Memang, setiap rumah tangga memiliki ciri khas dan aturannya masing-masing, namun sebagian besar pernikahan yang bahagia dan bertahan hingga maut memisahkan, bisa dikenali dari enam tanda berikut ini. Tak ada yang tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan, namun setidaknya Anda tahu jika pernikahan Anda sudah berada di jalur yang benar.

1. Apa kata hati Anda?
Rupanya, cara paling mudah untuk mengetahui apakah pernikahan Anda bahagia, adalah dengan bertanya pada diri sendiri dan menjawab jujur. Jauh di lubuk hati, Anda pasti sudah tahu sendiri jika ada yang salah dari pernikahan Anda, atau jika Anda atau suami sebenarnya tak benar-benar bahagia. Sebaliknya, jika Anda merasa benar-benar bahagia dalam rumah tangga, pertanyaan ini akan mudah dijawab “YA” tanpa ada keraguan.

2. Anda menjadi orang yang lebih baik saat bersama pasangan
Apakah Anda menjadi orang yang lebih menyenangkan saat bersama suami? Dulu mungkin Anda dikenal di kalangan teman-teman sebagai orang yang sering bete, tak percaya diri, dan terkadang agak galak. Sejak bertemu suami, Anda mungkin terkadang masih harus berjuang melawan sifat-sifat negatif tersebut, namun “kumatnya” jadi jauh lebih jarang, dan teman-teman bilang Anda kini jadi tak segalak dulu. Ini berarti suami memberi pengaruh positif bagi Anda, dan mudah-mudahan Anda pun punya efek yang sama pada suami.

3. Kebahagiaan Anda tak hanya bergantung pada suami (begitu juga sebaliknya)
Pernikahan membuat orang lebih bahagia. Dan tentu saja wajar jika Anda merasa lebih bahagia jika bersama suami. Yang harus diwaspadai adalah jika suami adalah satu-satunya sumber kebahagiaan Anda (atau sebaliknya, Anda adalah satu-satunya sumber kebahagiaan suami). Memang kedengarannya indah dan romantis, namun ini berarti sesungguhnya Anda belum bahagia dengan diri Anda diri sebagai seorang pribadi. Dan ini akan menimbulkan masalah di kemudian hari, yang bisa berimbas pada perkawinan. Pasangan seharusnya bukan alasan Anda bahagia, namun alasan Anda menjadi lebih bahagia.

4. Anda tak menganut motto “kalau jodoh tak akan ke mana”
Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi bukan berarti setelah dipertemukan dengan jodoh kita kemudian bisa santai-santai saja. Betul, kita sudah menemukan belahan hati dengan bantuan Tuhan. Namun berarti kini saatnya kita dan suami yang aktif dan berupaya menjaga hubungan tetap awet dan harmonis. 

5. Anda tak berharap suami akan berubah
Salah satu tanda pernikahan bahagia adalah saat harapan yang dimiliki suami maupun istri adalah harapan yang realistis, termasuk harapan terhadap pasangan. Siap-siap kecewa jika Anda menikahi suami dengan harapan dia akan berubah. Inti dari pernikahan adalah Anda mencintai suami dan menerima kekurangannya. Berusaha membuat suami berubah hanya akan membuat Anda frustasi, suami merasa tak dicintai, dan rumah tangga pun akan dipenuhi percekcokan.

6. Anda dan suami masih saling bilang “I love you”
Tentu saja kalimatnya tak harus “I love you” karena ada banyak cara untuk mengungkapkan cinta lewat kata-kata. Pasangan yang ‘nyeleneh’ terkadang bilang, “Love you, nyet” dan pasangan lain mungkin cukup bilang “sayang”. Yang jelas, meski cinta bisa ditunjukkan lewat perilaku, tetap penting untuk mengucapkannya lewat kata-kata, kalau bisa malah setiap hari, hingga akhir hayat Anda. Ingat saat aktor Sophan Sophiaan meninggal dunia di usia 64 tahun? Salah satu penyesalan terbesar Widyawati, istrinya, adalah karena hari itu ia belum mengucapkan “I love you” pada sang suami.

7. Setiap Anda membayangkan masa depan, suami ada dalam benak Anda (begitu pun sebaliknya)
Sebisa mungkin, Anda dan suami harus menikmati masa kini dan tak terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Namun merencanakan masa depan tentu sah-sah saja, dan sebagai pasangan, sudah sewajarnya suami selalu ada di setiap bayangan Anda tentang masa depan. Lebih baik lagi jika Anda menetapkan tujuan masa depan, merumuskan rencana dan impian, selalu dengan cara berdiskusi bersama suami. Ini juga penting untuk memastikan bahwa impian Anda sejalan dengan suami. Berita buruk jika saat Anda membayangkan masa depan yang bahagia, dalam benak Anda tak ada sosok sang suami sama sekali, atau jangan-jangan yang ada malah lelaki lain?

Tujuh Alasan Istri Bahagia Memiliki Suami Bahagia


Sekarang ini ada gerakan yang marak dilakukan di seluruh dunia. Gerakan ini mempromosikan sisi positif dari sebuah pernikahan. The Happy Wives Club, begitulah mereka menamakan dirinya, terdiri dari sekelompok istri bahagia, sebuah situs, sebuah gerakan, sebuah revolusi dan sesuatu yang diciptakan secara luar biasa untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pernikahan bahagia itu ada lho!

Jutaan orang ramai membicarakan ini di Facebook. Bahkan pekan lalu gerakan tersebut menjadi  trending topic #1 di Twitter dan buku baru berjudul “Happy Wives Club” menembus daftar buku paling laris. Ini semua menginspirasi saya untuk menulis sebuah catatan bersama dengan ratusan blogger lainnya yang tergabung dalam Happy Wives Club Blog Tour. Ya, ada suami yang bergabung dalam gerakan Happy Wives Club ini!
Menarik sekali untuk melihat banyak istri bahagia di seluruh dunia mencintai pernikahan mereka. Dan jika ada banyak istri bahagia, maka itu berarti ada banyak suami bahagia, sesuai dengan sebuah pepatah yang sering Anda dengar, “jika istri bahagia maka kehidupan pun bahagia”. 

Istri saya adalah salah seorang dari istri bahagia, dan saya adalah seorang suami bahagia karena memiliki istri yang bahagia. Baru-baru ini saya menulis sebuah postingan dalam blog tentang istri saya dan apa yang dia pahami tentang memiliki suami bahagia. Ketika saya membacanya kembali, saya menyadari bahwa ada sisi lain dari seorang istri bahagia, seorang suami bahagia dan sebuah pernikahan bahagia.

Berikut adalah Tujuh Alasan Istri Bahagia Memiliki Suami Bahagia

1.    Seorang istri yang bahagia menghormati suaminya, tapi jangan sampai Anda memperlakukannya berbeda
Salah satu kebutuhan terbesar pria adalah rasa hormat, terutama dari istrinya. Seorang istri yang bahagia menunjukkan rasa hormat kepada suaminya, tapi istri juga memiliki kebutuhan yang sama dan tidak ingin mendapatkan perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu untuk mendapatkan sebuah pernikahan bahagia dibutuhkan sikap saling menghormati dari istri dan juga suami.

2.    Seorang istri yang bahagia senang mengurus dirinya sendiri
Seorang istri yang bahagia tidak hanya akan mengurus penampilan luarnya saja tapi juga kesehatan fisik, mental dan spiritual. Saya senang ketika melihat istri berolahraga, membaca atau ketika berdoa. Hal-hal semacam ini mendorong dan membuat saya semakin tertarik kepadanya dan membuat saya menjadi suami yang bahagia.

3.    Seorang istri yang bahagia memiliki banyak teman yang mendukung pernikahannya 
Pada kenyataannya, tidak semua teman mendukung hubungan Anda. Mereka yang benar-benar mendukung hubungan Anda adalah teman-teman yang wajib diajak menghabiskan waktu bersama. Seorang istri yang bahagia mengetahui ini dengan sangat baik dan berhati-hati dengan hubungan pertemanan untuk memastikan mereka membantu bukan memperburuk pernikahan. Para suami menyukai hal ini!

4.    Seorang istri yang bahagia senang dimanjakan dan diperhatikan
Istri saya senang dimanjakan dan diperhatikan. Meskipun dia bisa memotong rumput, mengisi bensin dan membuang kantung sampah, dia tidak keberatan saya melakukannya. Tentu saja ini membuat saya bahagia, karena meskipun saya tidak suka memotong rumput, saya senang memanjakan dan memberi perhatian kepadanya.

5.    Seorang istri yang bahagia tidak membutuhkan suami selalu berada di sampingnya, tapi sangat senang ketika suami bisa berada di sampingnya
Saya senang mengetahui istri sangat menikmati situasi ketika berada bersama saya. Ada waktu ketika saya merasa tidak yakin istri menikmati saya temani. Tapi dia sangat menikmatinya dan itu membuat saya sangat bahagia, meskipun dia tidak membutuhkan saya untuk selalu ada bersamanya sepanjang waktu. Dia bisa dan kadang-kadang menikmati untuk melakukan banyak hal sendiri.

6.    Seorang istri yang bahagia tahu bahwa dia seksi, namun senang dipuji suami
Saya pernah menulis tentang “istri saya yang seksi”. Saya merasa bahwa dia tidak hanya cantik di dalam dan di luar, tapi dia juga menyadari hal itu. Dia percaya diri, tapi akan jadi sesuatu yang spesial baginya ketika kita menegaskan hal tersebut. Inilah yang membawa pernikahan kami ke tempat yang benar-benar bahagia.

7.    Seorang istri yang bahagia mengetahui perasaan suaminya
Laki-laki juga memiliki perasaan. Dan satu-satunya orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perasaan itu adalah para istri. Seorang istri yang bahagia mengetahui meski suaminya kuat, dia masih memiliki perasaan dan bisa terluka kapan pun.  Seorang istri akan menghormati hal ini dan berhati-hati dengan perasaan serta ego suami.(dh/pt)

Tujuh Bahaya Laten yang Mengancam Pernikahan Anda

1. Komunikasi digital
Mengirim SMS, BBM, WhatsApp, atau bahkan email, memang lebih cepat dan praktis dibanding menelepon atau bertemu langsung. Apalagi jika Anda berdua sama-sama sibuk. Namun penelitian yang dilakukan Oxford University menemukan bahwa semakin sering pasangan berkomunikasi secara digital, semakin mereka tak puas dengan pernikahannya.

Jenev Caddell, PsyD, ahli psikologi pernikahan, mengatakan bahwa teknologi memperlancar komunikasi, tapi tidak memuaskan secara emosi. Untuk mengatasinya, pastikan bahwa komunikasi digital dilakukan hanya untuk hal-hal rutin saja. Sedangkan untuk hal-hal penting, tetap bicarakan secara tatap muka. Simpan hal-hal menarik yang ingin Anda ceritakan untuk sesi khusus obrolan santai di akhir hari.

2. Hobi nonton film romantis
Banyak wanita senang nonton film romantis. Tapi hati-hati, jangan anggap serius film-film tersebut, karena riset menunjukkan bahwa pasangan yang percaya pada romansa ala film biasanya jadi tidak sepenuh hati menjalankan hubungan asmaranya sendiri. 

Dalam film, meski cobaan dan kesedihan melanda, selalu ada akhir yang bahagia dan mengejutkan. Tentu saja hal ini tidak terjadi di dunia nyata. Tidak semua lelaki bisa berlaku seperti pangeran impian, dan tidak semua pernikahan berjalan layaknya di film romantis. Gunakanlah film-film ini sebagai inspirasi bagi pernikahan Anda, tapi selalu ingat bahwa film hanya karya fiksi.

3. Kurang tidur
Riset yang dilakukan UC Berkeley menemukan bahwa sebagian besar pasangan bertengkar hebat dalam kondisi kurang tidur. "Jika Anda kurang tidur, konsentrasi akan menurun dan Anda tak bisa berpikir jernih," ujar Leslie Becker-Phelps, PhD, psikolog dan relationship expert untuk WebMD. Jadi lain kali, jika Anda sedang beradu mulut dengan suami, coba ajak dia baik-baik untuk membicarakan masalah ini besok pagi setelah terbangun dari tidur nyenyak.

4. Tak pernah bertengkar
Karena Anda tak pernah berantem dengan suami, bukan berarti semua baik-baik saja. "Yang juga tak pernah bertengkar adalah pasangan yang tak jujur kepada satu sama lain," ujar Dr. Becker-Phelps. Bertengkar sesekali, menurut penelitian Universitas Michigan, justru baik untuk kesehatan. Karena jika ada masalah dan hanya dipendam saja, hormon stres akan meningkat tajam dan memicu penyakit fisik.

Namun bukan berarti Anda harus membesar-besarkan hal kecil dan membuatnya jadi pertengkaran. Cukup saling jujur dan terbuka saja, bicarakan semua hal yang mengganggu pikiran Anda. Jika Anda kurang suka dengan kebiasannya melempar baju kotor sembarangan, alih-alih dipendam bertahun-tahun hingga akhirnya meledak jadi pemicu pertengkaran saat Anda sedang sensitif, lebih baik bilang baik-baik pada suami. Katakan bahwa Anda mencintainya, namun Anda akan lebih bahagia jika ia menyimpan baju kotornya di keranjang yang sudah disediakan.

5. Masalah rumah tangga teman
Penelitian menunjukkan bahwa perceraian cenderung mewabah dalam lingkaran sosial, keluarga, bahkan tempat kerja. Jika suami teman Anda ketahuan berselingkuh, tanpa disadari Anda akan mulai bertanya-tanya apakah hal yang sama mungkin terjadi pada suami Anda. Terlebih jika Anda memiliki sejumlah teman yang bercerai, karena ini membuat Anda berpikir pada perceraian adalah salah satu opsi yang bisa dipertimbangkan. 

Bukan berarti Anda harus meninggalkan teman yang rumah tangganya bermasalah. Tentu saja tidak. Cukup tingkatkan kesadaran diri bahwa pernikahan setiap orang berbeda-beda, karena terdiri dari dua orang yang memiliki nilai moral dan kepribadian yang berbeda pula. Apa yang terjadi pada rumah tangga sahabat Anda tak bisa dibandingkan dengan rumah tangga Anda.

6. Melupakan kencan
Banyak pasangan setelah menikah, apalagi punya anak, berhenti meluangkan waktu untuk kencan berdua saja. Padahal berkencan sangat penting untuk menghangatkan hubungan, untuk beristirahat sejenak dari berbagai kewajiban rumah tangga, mengurus rumah, mengurus anak, dan sebagainya, dan mengingatkan diri bahwa pernikahan bukan sekadar "pekerjaan", tapi komitmen yang didasari rasa cinta.

Tak perlu merencanakan liburan atau bulan madu kedua ke tempat yang jauh-jauh. Berkencan sebaiknya malah dilakukan sering dan rutin, misalnya setiap malam minggu, persis seperti waktu Anda masih berpacaran.

7. Terlalu banyak minta maaf
Jika Anda memang melakukan kesalahan, minta maaf memang sudah sewajarnya. Yang berbahaya adalah jika Anda atau suami adalah tipe yang meminta maaf hanya supaya pertengkaran berakhir. Padahal bisa jadi pihak yang meminta maaf tersebut tidak tahu kesalahan apa yang dia lakukan, atau bahkan tahu tapi tidak mengerti kenapa itu jadi kesalahan di mata pasangannya.

Yang lebih berbahaya adalah jika Anda atau pasangan gemar meminta maaf hanya karena malas bertengkar, tapi dalam hati memendam kesal. Yang terbaik adalah selalu memberi tahu pasangan apa yang Anda rasakan. Jika Anda senang melakukan A, tapi dia tak suka, jangan langsung meminta maaf dan memendam kecewa. Bicarakan pada pasangan kenapa Anda senang melakukan A, dan minta dia untuk mengerti, atau setidaknya cari jalan tengah yang sama-sama menguntungkan.

Kapan Saatnya Melepaskan Sebuah Hubungan?


Seorang teman saya saat ini terjebak dalam sebuah hubungan asmara yang tidak membahagiakan. Hampir setiap saat dia dan pacarnya bertengkar untuk hal-hal remeh dan nggak prinsipil. Saya sampai capek mendengar pertengkaran mereka.

Pernah saya tanya, kalau terus-terusan makan hati, kenapa nggak berpisah saja? Seperti yang sudah saya duga, dia menjawab “Bagaimana dong, habis sudah cinta. Lagipula gue kan sama dia udah lama banget.”

Teman saya berpikir bahwa dia nggak bisa hidup tanpa pasangannya, sementara saya berpikir dia justru nggak bisa hidup dengan pasangannya itu.

Kalau ditanya apa tujuan hidup di dunia, mungkin banyak dari kita yang menjawab “ingin bahagia”. Terdengar sederhana. Tetapi kalau sudah tahu ingin bahagia, kenapa kita masih saja menempatkan diri dalam situasi/hubungan yang membuat kita tak bahagia — atau ekstremnya, menderita?
 
Kadang, saking terbiasanya dengan keadaan tidak bahagia tersebut, kita seperti nggak melihat ada pilihan lain. Atau mungkin, alam bawah sadar kita menikmatinya?

Kita ingin bahagia tetapi tetap bertahan dalam situasi/hubungan yang tak membahagiakan karena kita nggak tahu kapan saatnya melepaskan. Kita bertahan karena berharap bisa mengubah keadaan sehingga segala sesuatunya menjadi baik. Padahal, bertahan hanya akan membatasi kemungkinan bahwa kita mungkin akan mendapatkan kebahagiaan di tempat lain.
 
Berikut ini adalah tanda-tanda saatnya melepaskan sebuah hubungan:
 
1. Gampang sebal/kesal/frustrasi bahkan bertengkar untuk hal yang kecil sekalipun

Yang namanya menjalani suatu hubungan pasti ada naik-turunnya, dan ketika sedang turun, maka bertengkar kadang nggak bisa dihindari. Tapi ketika hal kecil dan tidak prinsipil berkali-kali memicu pertengkaran — yang pada ujungnya melebar ke mana-mana dan sampai lupa alasan awal pertengkaran karena apa, mungkin kita harus berpikir ulang tentang hubungan yang sedang kita jalani.

2. Batas toleransi makin menipis…dan menipis…dan menipis…

…sampai lebih tipis dari rambut dibelah tujuh. Apa pun yang dia lakukan bisa membuat kita kesal. Apa pun yang dia katakan, kita langsung berburuk sangka. Berbagi udara yang sama adalah suatu hal yang membuat kita tersiksa. Bahkan eksistensinya di dunia aja merupakan musibah. Kalau udah sampai tahap ini… mungkin saatnya kita berkata pada diri sendiri: it’s not worth it.

3. Mencari pembenaran untuk setiap hal yang dia lakukan

Melakukan kesalahan itu manusiawi. Begitu pun mengecewakan orang. Tapi ketika dia berkali-kali melakukan kesalahan dan mengecewakan kita, berkali-kali pula kita membuat pembenaran akan hal tersebut, bahwa dia melakukan itu tanpa sengaja dan tanpa maksud menyakiti kita. Berharap dia bisa berubah? ITU NGGAK AKAN TERJADI. Mungkin sekarang saatnya menampar diri sendiri.

4. Ketika sudah terlalu berat untuk bertahan

Orang sering bertahan dalam suatu hubungan yang sudah tidak sehat adalah sudah terlalu terbiasa dengan keberadaannya, sudah terlalu banyak waktu yang dihabiskan bersama dengan dia. 

Tapi ketika kita merasa bahwa masih tetap ingin berada dalam hubungan ini namun nggak sanggup lagi untuk bertahan, sudah saatnya menerima kenyataan: hubungan ini adalah kerugian besar yang tidak mungkin dipulihkan lagi.

Mungkin setelah melepaskan hubungan yang merugikan, kita merasa sedih dan menyesal. Apakah ini keputusan yang benar? Habis ini harus bagaimana?

Tetapi, justru perubahan paling luar biasa terjadi ketika kita tidak memaksa mengambil alih hal yang di luar kendali kita. Kita nggak bisa mengontrol pasangan kita sepenuhnya, tapi kita memiliki kekuasaan penuh akan diri kita sendiri. Oleh karena itu kita memilih melepaskan. Sudah pasti sakit dan nggak mudah, tapi suatu hari kita akan menyadari bahwa kita akan baik-baik saja.
 
Kalau boleh saya rangkum dalam satu kalimat: jangan bersama, hanya karena tidak bisa sendiri.

6 Tanda Belum Siap Membangun Hubungan


Membangun hubungan setelah putus cinta yang menyakitkan memang tak mudah. Tak jarang, orang banyak memaksakan diri meski belum siap. Tentu ini bukan hal bijak untuk dilakukan.

Berikut ini 6 tanda Anda belum siap membangun hubungan baru.

1. Tidak Bahagia
Tak sedikit orang yang mendekati dan berusaha menjalin cinta dengan Anda. Tapi tak satu pun dari mereka dapat membuat Anda benar-benar tertawa dan bahagia.

2.Membandingkan
Setiap orang yang mendekati Anda selalu saja ada kurangnya, tak cukup baik. Anda selalu membandingkan mereka dengan sang mantan. Tak jarang Anda bahkan sengaja mencari-cari kesalahan mereka sebagai alasan untuk menolak.

3. Sibuk
Semenjak putus cinta, Anda larut dengan pekerjaan. Anda bahkan tak punya waktu untuk bersosialisasi. Seluruh jiwa dan raga dicurahkan untuk pekerjaan saja, sehingga tak ada keinginan untuk menjalin hubungan.

4. Tidak yakin
Walau banyak orang baik yang ingin menjalin hubungan dengan Anda, namun keyakinan tak pernah timbul. Langkah Anda untuk melangkah ke hubungan yang baru pun tak mantap.

5. Ketergantungan
Anda tak lagi berani menjalankan hidup sendiri. Anda butuh seseorang untuk bergantung dan menjalankan hidup. Sehingga pasangan Anda yang baru lebih mirip sebagai “tukang kawal” ketimbang kekasih.

6. Tak bisa percaya
Anda merasakan cemburu dan kecurigaan berlebihan terhadap pasangan. Apa yang ia lakukan selalu salah di hadapan Anda. Anda tak bisa percaya sepenuhnya padanya karena trauma dengan perbuatan mantan yang terdahulu.

Jika keenam ciri itu ada di diri Anda, maka sebaiknya jangan memaksakan diri untuk langsung menjalin hubungan cinta yang baru. Bukan hanya menyia-nyiakan waktu, Anda juga mengorbankan perasaan orang lain yang menjadi pasangan baru Anda.

Tujuh Tanda Hubungan Anda Tidak Akan Langgeng


Hubungan berubah menjadi kejam
Jika Anda sudah bersama dengan kekasih selama beberapa tahun dan Anda masih diperlakukan dengan kejam, maka tidak mungkin pasangan Anda menginginkan hubungan langgeng. 

Sebagian besar pasangan memang saling menggoda dengan menjadi "kejam" dengan cara yang menyenangkan/genit, namun jika tujuan utama mereka adalah untuk menyakiti atau merendahkan Anda, maka kemudian rasa hormat akan menghilang dari hubungan Anda dan akan berganti air mata.

Anda memilih untuk tidak menghabiskan banyak waktu bersama
Hubungan tumbuh dengan baik jika pasangan tersebut menciptakan keseimbangan yang tepat antara menghabiskan waktu secara terpisah dan menghabiskan waktu khusus bersama. Jika Anda sering mengisi hari tanpa bersama pasangan, dan Anda bahkan tidak merindukan dia sama sekali, ada kemungkinan besar Anda tidak sesayang itu. Hubungan pun akan berakhir.

Anda tidak diperkenalkan kepada keluarga atau teman-temannya
Ketika Anda sudah bertemu seseorang yang spesial dan sangat Anda cintai, Anda merasa sangat bahagia dan ingin menceritakan semua kisah Anda ke semua orang. Jika Anda sudah memiliki pasangan selama beberapa bulan tetapi dia masih belum memperkenalkan Anda kepada keluarga atau teman-temannya, maka Anda harus mencari tahu alasannya.

Pasangan Anda terlalu mengatur
Apakah pasangan Anda selalu ingin tahu keberadaan tepat dan persisnya Anda setiap saat? Meskipun pada awalnya Anda mungkin merasa menikmati perhatian tersebut, namun hal itu bisa menjadi cukup menjengkelkan setelah beberapa lama. 

Jika pasangan Anda menunjukkan perilaku seperti ini, itu adalah tanda dia pencemburu. Anda hanya bisa bersamanya selama Anda dapat menerima sikapnya itu, tetapi bahkan jika Anda tetap bersama, akhirnya Anda akan memendam perasaan dan ini bukanlah resep yang baik untuk hubungan yang menyenangkan.

Anda tidak memiliki kesamaan
Ya, kita tahu berbeda itu menarik, tetapi ketika Anda begitu berlawanan dengannya, seperti saat Anda tidak bisa mengobrol dengan asyik karena tidak memiliki kesamaan, kami cukup yakin bahwa Anda sangat bertentangan. Tentu saja, Anda tidak ingin bersama seseorang yang persis sama seperti Anda, sebaliknya, memiliki ketertarikan yang berbeda dapat menjadi sesuatu yang menarik. 

Ketika sampai ke titik saat percakapan Anda menjadi membosankan, maka kami cukup yakin mengatakan bahwa hubungan Anda tidak akan berhasil.

Tidak ada komitmen
Jika Anda telah cukup lama berhubungan, dan pasangan Anda tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berkomitmen, ada baiknya Anda mencari tahu alasannya. Tentu saja, beberapa asmara membutuhkan waktu lama untuk tumbuh secara alami, tapi pastikan cinta Anda tidak digantung bersama seseorang yang tidak memiliki rencana masa depan dengan Anda. Suatu hubungan yang di dalamnya terdapat satu orang ingin berkomitmen sedangkan yang lainnya enggan untuk itu, biasanya ditakdirkan berakhir menjadi bencana.

Jarang menelepon
Tentu saja, bagi kebanyakan orang terlalu sibuk untuk menelepon pasangannya itu normal, karena hidup itu penuh kesibukan! Namun, jika kalimat "Saya terlalu sibuk untuk menelepon" menjadi terlalu sering diucapkan, maka pasangan Anda perlu menetapkan prioritas. Jika mereka tidak bisa melakukan itu, maka pada akhirnya Anda akan merasa seperti sampah. Setiap orang perlu merasa istimewa dan jika pasangan Anda tidak bisa membuat Anda merasa seperti itu, saatnya untuk memutuskan hubungan dengannya!



sumber : id.she.yahoo.com

No comments:

Post a Comment